Kisah Pendeta Yoanes Kristianus dan Rombongan Selamatkan Diri Dari Perang Israel dan Hamas
Sumber: Yoanes Kristianus

News / 16 October 2023

Kalangan Sendiri

Kisah Pendeta Yoanes Kristianus dan Rombongan Selamatkan Diri Dari Perang Israel dan Hamas

Lori Official Writer
3560

Pendeta Yoanes Kristianus dari Gereja Impact Community (GIC) dan rombongan tour ke tanah suci harus mendapati kejutan tak terduga. Niat hati hendak menelusuri perjalanan spiritual di kota suci Yerusalem, mereka malah terperangkap di tengah perang Israel dan Hamas. 

Di tengah ibadah yang mereka lakukan di Yerusalem, Pendeta Yoanes dan rombongan menjadi saksi mata serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023. 

“Pada waktu kami melakukan ziarah di pagi hari, saya sudah diinformasikan oleh guide…Pak Jojo, dia panggil saya begitu, ini ada situasi yang tidak aman di bagian selatan Israel, di dekat Gaza, Ashkelon, Ashdod, ada rudal. Tetapi yang lain aman,” ungkap Pendeta Yoanes.

Sementara roket Hamas terus menggempur bagian selatan Israel, mereka sedang melakukan ziarah ke situs-situs suci. 

“Sekitar jam 9 pagi ketika kami berada di Makam Daud, kami dengar bunyi sirene yang keras sekali. Pemandu kami langsung minta kami bersembunyi di gua, atau menempel di tembok. “Ayo cepat-cepat ini bahaya”” demikian Yoanes menerangkan.

 

Baca Juga: Apa Sebenarnya Penyebab Konflik Israel?

 

Di pagi itulah mereka mulai mendengar suara rudal yang terus menggempur dan mulai ditangkis oleh Iron Dome Israel. Serangan itu masih terus berlangsung beberapa kali, sampai Pendeta Yoanes dan rombongan sebanyak 231 orang meninggalkan situs suci Yerusalem dengan bus. Menariknya, setelah pemerintah Israel meminta semua orang berlindung dan bersembunyi di bunker yang terbuat dari besi baja dan beton, rombongan jemaat GIC berdoa bersama-sama.

Setelah serangan pertama, Pendeta Yoanes dan rombongan tetap melanjutkan ziarah keesokan harinya di hari Minggu, 8 Oktober 2023. Mereka menuju ke Tel Aviv dan Haifa, kota terbesar ketiga di Israel dan tiba di Tiberias. Di sana ia mengaku kondisinya aman. Namun mereka harus memutuskan untuk meninggalkan negara tersebut setelah pemerintah Israel secara terbuka menyatakan negaranya sedang dalam kondisi perang. Ia dan rombongan memutuskan untuk menyeberang ke Yordania. 

“Pada hari Selasa (10 Oktober 2023), kami berupaya menyebrang ke Yordania setelah Israel menyatakan secara terbuka negaranya sedang berada dalam keadaan perang. Ketika itu diperbatasan cukup ramai karena yang ingin menyebrang bukan hanya rombongan dari Indonesia, tetapi juga dari Belanda, Eropa dan negara-negara Asia lain,” terangnya.

 

BACA HALAMAN SELANJUTNYA --->

Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami